DI TINGAL TAMPA TALAK
Riasih
adalah gadis desa yang terkenal giat berkerja dan tak kenal lelah, dia tingal
di sebuah desa di sebuah dusun Ambat di Desa lekor bersama ibunya dan ke lima
saudara- saudaranya. inak masi adalah wanita lanjut usia yang telah lama
ditinggal oleh suaminya (amaq masi) dahulu sejak riasih masih kecil. Kini dia
harus bekerja sendiri membanting tulang demi ke lima anaknya. Namun, riasih,
yang satu-satunya menjadi anak sulung setelah di tinggal mati oleh kakaknya.
Dia tidak tinggal diam melihat ibunya bekerja sendiri , riasih tak tega melihat
ibunya yang sudah tua renta bekerja sendiri memeras keringat demi mencukupi
kebutuhan mereka. Riasih memang anak yang baik, sifat ibunya yang suka bekerja
keras telah melekat pada dirinya. Hingga pada suatu hari ketika riasih pergi
membantu ibunya bekerja di sawah sebagai seorang buruh tani yang di bayar harian
dengan upah yang pas-pasan. Riasih bekerja di sawah milik inaq ida salah sorang tetangganya.
yang juga tinggal di sebuah dusun namanya semapah yang masih termasuk satu desa
dengannya yaitu desa lekor. Disaat riasih sedang bekerja, terlihatlah di sawah
sebelah seorang pemuda yang sedang mencangkul sawahnya, riasih sempat melirik
kearah pemuda itu dan merasa kagum serta tersanjung melihat semangatnya yang
gigih. Tampa tersadar, rupanya lelaki itu juga memperhatikan riasih yang dari
tadi melihatnya, pemuda itu heran dan bertanya-tanya dalam hatinya. ‘ siapakah
gadis cantik yang dari tadi memperhatikanku bekerja” ? fikirnya;. Rasa
penasaran di siang hari yang panas itu membuat lelaki itu ingin ingin segera
menyapanya. Akhirnya, riasih yang sudah sejak tadi diperhatikan seorang pemuda
kini tersedar dari pesonanya terhadap pemuda itu, dia tersipu malu, melihat
seorang pemuda gagah memperhatikannya. Mungkin inikah yang disebut namanya
cinta ? sang pemuda memberanikan diri untuk kenalan dengan riasih, riasih si
gadis cantik yang baik tentu saja menerima sambutan perkenalan itu dengan
senyum manisnya .
Salam : ‘( memulai
pembicaraannya,). “ aku lihat kamu memperhatikanku dari tadi tadi disaat aku
bekerja , adakah sesuatu yang salah dari caraku bekerja ?
Riasih ; oh, maaf.
Bukannya begitu, aku kagum melihatmu bekerja dengan semangat di tengah terik
matahari yang panas ini, kau begitu semangat dan sungguh-gungguh. ( tersipu
malu)
Salam : terimakasih atas
perhatianmu , oh ya, kalau boleh tau siapakah namamu ? dan dari mana asalmu ?
Riasih : namaku riasih,
“aku anak desa sebelah dari dusun ambar desa lekor, aku disini membantu ibuku
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”. Oh ya,, namamu siapa ?
Salam : ( terkagum ).
Namaku salam, kita ternyata satu desa ya, sy dari dusun montongbile. Namun baru
kali ini aku melihat seorang gadis cantik bekerja di sawah ini.
Riasih : senang
berkenalan denganmu, jangan memujiku seperti itu, aku hanya gadis biasa yang
hanya ingin mengurangi beban ibuku, dia sudah tua. Sehingga aku harus
membantunya sebagai seorang anak.
Riasih yang baik hati,
kini mempunyai kenalan baru seorang pemuda yang tampan, hari itu sudah siang,
waktunya mereka pulang untuk istirahat, terik matahari memisahkan mereka
berdua. Hari demi hari berlalu, riasih tetap pergi kesawah sepereti biasa dan
seperti biasa juga dia bertemu dengan pemuda itu di tempat yang sama. Mereka
berbincang, menceritakan kehidupan mereka masing-masing. Hingga tuhan
memberikan perasaan kepada mereka masing-masing. Waktu berlalu,, pemuda itu
jatuh hati kepada riasih, riasih pun jatuh cinta kepada salam.
akhirnya
singkat cerita semenjak saat itu salam dan riasih saling menggadu kasih dan
salam si lelaki tampan hampir setiap malam datang nge date ke rumahnya riasih.
Mereka akhirnya pacaran. Singkat cerita 3 bulan kemudian malam itu, sehingga satu malam salam datang ngapel dengan
pakaian yang rapi dengan membawa senyuman indah yang nantinya akan disambut
hangat oleh kekasihnya, namun apa yang terjadi pada salam, sesampainya disana
salam melihat sosok lelaki sedang duduk di beranda rumah bersama riasih,
melihat hal itu, salam sangat kecewa sekali, dia tidak bisa berkata sepatah
kata, hanya bias terdiam melihat kenyataan yang tak terduga, sungguh malam
itu salam merasa cemburu, tetapi dalam
hukum adat di kampung itu seorang tidak boleh membatasi orang bertamu kerumah
perempuan asal tetap dalam kode etik, sesuai kode etik, masyarakat disana, laki
laki yang datang belakangan harus ngantri, akhirnya salampun harus mengantri
gilirannya. Sungguh bagaimanapun kecewanya salam atas kejadian ini, dia tidak
cepat mengambil keputusan bodoh, dia akan tetap menunggu untuk mendengarkan
penjelasan riasih nanti. Dan disaat tiba gilirannya, diapun masuk dengan muka
kusut dan sebal, riasih yang melihat muka salam datang dengan seperti itu
membuatnya bertanya, kakak kenapa ? apakah gerangan yang mebuat kakak datang
seperti tak biasanya ? “tidak ada apa apa, jawabnya”. Mendengar itu, riasih
bertanya lagi, tapi ko mukanya kusut sekali, apakah kakak marah? salampun
menjawab. Setelah aku melihat kejadian tadi, hatiku sungguh risau, aku cemburu
! aku tidak senang ada laki laki lain
yang mendekatimu”. Mendengar jawaban itu, ternyata riasih melakukan satu
kesalahan besar, yakni telah menyakiti perasaan lelaki yang selama ini di
cintainya. Dalam keheningan malam itu, mereke bedua terdiam sejenak, malam
seolah-olah turut menyaksikan mereka berdua, malam menjadi hening, sunyi dan
sepi. Akhirnya dengan tiba-tiba riasih
berkata :
kalau kaka gak senang
laki laki lain mendekatiku. Lebih baik kakaq jadikan aku seorang istri supaya
tidak ada yang mengganggu aku lagi. Mendengar kata-kata itu, salam terdiam
sejenak, raut muka yang tadinya kusut berubah menjadi raut muka kebingungan,
dia belum bisa menjawab pertanyaanya. Malam itu, salam pulang setelah berpamitan,
pertanyaan riasih akan dijwab nanti. Siang malam, salam masih memikirkan
tawaran riasih, sebenarnya salam sangat ingin menikahi kekasihnya namun dia
tidak boleh terburu-buru dalam menanggapi hal serius ini, pernikahan
membutuhkan persiapan mental dan fisik yang baik. Hingga pada suatu hari puncak
dari semua itu adalah salam akan menikahi kekasihnya riasih yang tercinta.
Setalah satu minggu, salampun kembali, malam itu dia menyatakan keinginannya
dan ingin jujur kepada riasih. sesampainya di rumah riasih salampun masuk dan
berbincang-bincang seperti biasa, pada akhirnya tiba saatnya salam ingin
mengutarakan isi hatinya yaitu ia mengatakan ingin menikahi riasih. Mendengar
perkataan itu, tampak wajah riasih bersinar ditengah gelapnya malam, dia begitu
ceria dan terlihat sangat bahagia. Senyum manis merona terlihat di balik wajah
cantiknya. Namun, salam pun melanjutkan omonganya. Sebenarnya ada satu hal yang
selama ini di simpan oleh salam, rahasia ini di simpan dengan baik olehnya
selama berpacaran, dia mengatakan kalau sebenarnya salam pernah menjalin
keluarga dengan wanita lain dan sudah mempunyai seorang anak. ,mendengar
perkataanya ,riasih pun kaget, tak menyangka seorang kekasih yang selama ini
dicintainya sudah berkeluarga. Namun riasih berusaha tegar mendengar hal tersebut
dan menyebunyikan kekecewaanya dengan berkata “mungkin semua sudah menjadi
takdir Tuhan. akhirnya salampun pulang tampa mendapatkan jawaban dari riasih
karena diapun tidak mau memaksa riasih menjawabnya. hubungan mereka masih tetap
seperti sedia kala, salam masih tetap mendatangi riasih seperti biasa namun
tidak sesering sedia kala sampai satu ketika malam itu salam sedang ngapel dan
sempat memberanikan diri untuk menayakan
jawaban dari riasih. dengan malu malu riasih pun menjawab. walaupun kaka’ sudah
duda tetapi hati ini tidak bisa kubohongi, kau tetap salam yang dulu, yang aku
cintai, aku bersedia menjadi istri kakak, menjadi pendamping hidupmu untuk
selama-lamanya. Mendengar jawaban itu, kini kehawatiran salam telah sirna,
kehawatiran itu berubah menjadi sebuah kebahagian, ya, kebahagiaan bagi mereka
berdua. akhirnya pada malam itu riasih dan salampun berjanji untuk menikah pada
malam rabu dan riasih di suruh menunggu di bawah pohon pisang dekat dengan
rumahnya untuk di curi.
pada malam yang sudah di sepakati, riasih dan salampun menikah yaitu pada tanggal 17 juni tahun 1084 tepat pada saat itu riasih sedang berumur 23 tahun sedangkan salam 27 tahun akhirnya merkapun mejalani hubungan keluarga dengan baik. Setelah beberapa tahun kemudian, pasangan ini pun di karuniai seorang anak dan di beri nama suriati yang kerap di paggil suri, dan nama yang kerap dipanggil riasih akhirnya berubah dengan kehadiran sang putri pertamanya menjadi inak sahuri dan salam juga menggunakan nama anak pertamanya yaitu amak sahuil hubungan keluarganyapun masih tetap baik hingga akhirnya pada suatu hari krisis moneterpun melanda keluarganya. akhirnya salampun pergi merantau ke luar daerah yaitu kalimantan tetapi belum saja mulai bertugas kerja diapun terkena penyakit mata yaitu mata membengkak dan akhirnya matanyapun sebelah rusak karena sakitnya tidak kunjung berhenti. akhirnya diapun di kirimkan uang untunk ongkos pulang ke kampung halamnya lagi akhirnya. amak shuilpun pulang dan sesampainya di rumahhya, inak sahuripun sedih melihat kondisi suaminya dengan terus merawatnya sehingga akhirnya lama kelamaan amak sahuwilpun berangsur angsur sembuh. walaupun matanya sudah tidak sakit lagi tetapi tetap saja rusak yang sebelah hingga akhirnya amak sahuwil pun pergi merantau lagi ke Kalimantan karena kondisi utang yangt melilit.setelah sampai disana akhirnya iapun mendapatkan pekerjaan memetik buah sawit .dengan seiring berjalannya waktu iapun memperoleh penghasilan dari pekrerjaannya dan tetap mengirimkan uang kepada keluarganya yang ada dirumah. Dalam keadaan seperti itu, di satu sisi inak sahuri sedang hamil, bertepatan dengan tahun itu inak sahuri melahirkan kembali seorang anak putra yang dinamakan sapriadi. Ya anak yang satu ini lahir tampa seorang bapak di sampingnya. semenjak kelahiran anak kedua ini, amak sahuil pun tidak pernah ada kabar lagi hingga beberapa tahun kemudian. terdengar kabar bahwa amak sahuil menikah lagi dengan orang jawa tengah tepatnya di bagian qudus yaitu teman merantaunya di Kalimantan dan diapun sudah punya rumah di sana. akhirnya inak sahuri yang sudah mendengar kabar tersebut iapun lasing pulang ke rumah ibunya bersama anak anaknya dan tinggal di rumah adiknya yaitu junaidi. dan pada beberpa tahun kemudian, mungkin sudah puluhan tahun amak sahuil dan istri dan anaknya pulang ke Lombok dan menjalani kehidupanya dan inak sahuri pun menjalankan kehudupan bersama anak-anaknya tampa pernah ada kata talaq dari amak sahuil. tetapi smua keadaan itu sudah di anggap sebagai sebuah perceraian dan tak lama kemudian amak sahuil dan istri dari jawa tersebut kembali lagi ke Kalimantan dan inak sauripun hidup berusaha di bidang pertanian untuk menghidupi dan menyekolahkan anak anaknya yaitu sahuri dan sapri hingga akhirnya merekapun masuk sekolah dasar. namun sayangnya, sahuri, kakaknya sapriadi. setelah lulus sekolah dasar tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidkan yang lebih tinggi lagi karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung. akan tetapi sapriadi bisa melanjutkan sekolahnya dengan kondisi seadanya sampai pernah anak itu masuk panti asuhan. Sungguh berat kehidupannya, dia harus menikmati masa kecilnya dengan hidup susah. tetapi semua itu tidak di anggap sebuah aib oleh inak sahuri. yang penting anaknya bisa melanjutkan sekolahnya. Adalah satu tekad kuat seorang ibu untuk melihat anak-anaknya bahagia. hingga akhirnya si kecil sapri selalu memberikan kabar gembira kepada sang ibu yang tercinta, dengan menunjukkan hasil belajarnya yaitu selalu mendapatkan juara umum pada masa SMA hingga akhirnya pada tahun 2008 inak sahuripun dapat membuat rumah sederhana dari hasil sakap sawah dan di kelola untuk menanam tembakau. hingga anknya sahuripun menikah dan sapri pun lulus SMA pada tahun 2010.
pada malam yang sudah di sepakati, riasih dan salampun menikah yaitu pada tanggal 17 juni tahun 1084 tepat pada saat itu riasih sedang berumur 23 tahun sedangkan salam 27 tahun akhirnya merkapun mejalani hubungan keluarga dengan baik. Setelah beberapa tahun kemudian, pasangan ini pun di karuniai seorang anak dan di beri nama suriati yang kerap di paggil suri, dan nama yang kerap dipanggil riasih akhirnya berubah dengan kehadiran sang putri pertamanya menjadi inak sahuri dan salam juga menggunakan nama anak pertamanya yaitu amak sahuil hubungan keluarganyapun masih tetap baik hingga akhirnya pada suatu hari krisis moneterpun melanda keluarganya. akhirnya salampun pergi merantau ke luar daerah yaitu kalimantan tetapi belum saja mulai bertugas kerja diapun terkena penyakit mata yaitu mata membengkak dan akhirnya matanyapun sebelah rusak karena sakitnya tidak kunjung berhenti. akhirnya diapun di kirimkan uang untunk ongkos pulang ke kampung halamnya lagi akhirnya. amak shuilpun pulang dan sesampainya di rumahhya, inak sahuripun sedih melihat kondisi suaminya dengan terus merawatnya sehingga akhirnya lama kelamaan amak sahuwilpun berangsur angsur sembuh. walaupun matanya sudah tidak sakit lagi tetapi tetap saja rusak yang sebelah hingga akhirnya amak sahuwil pun pergi merantau lagi ke Kalimantan karena kondisi utang yangt melilit.setelah sampai disana akhirnya iapun mendapatkan pekerjaan memetik buah sawit .dengan seiring berjalannya waktu iapun memperoleh penghasilan dari pekrerjaannya dan tetap mengirimkan uang kepada keluarganya yang ada dirumah. Dalam keadaan seperti itu, di satu sisi inak sahuri sedang hamil, bertepatan dengan tahun itu inak sahuri melahirkan kembali seorang anak putra yang dinamakan sapriadi. Ya anak yang satu ini lahir tampa seorang bapak di sampingnya. semenjak kelahiran anak kedua ini, amak sahuil pun tidak pernah ada kabar lagi hingga beberapa tahun kemudian. terdengar kabar bahwa amak sahuil menikah lagi dengan orang jawa tengah tepatnya di bagian qudus yaitu teman merantaunya di Kalimantan dan diapun sudah punya rumah di sana. akhirnya inak sahuri yang sudah mendengar kabar tersebut iapun lasing pulang ke rumah ibunya bersama anak anaknya dan tinggal di rumah adiknya yaitu junaidi. dan pada beberpa tahun kemudian, mungkin sudah puluhan tahun amak sahuil dan istri dan anaknya pulang ke Lombok dan menjalani kehidupanya dan inak sahuri pun menjalankan kehudupan bersama anak-anaknya tampa pernah ada kata talaq dari amak sahuil. tetapi smua keadaan itu sudah di anggap sebagai sebuah perceraian dan tak lama kemudian amak sahuil dan istri dari jawa tersebut kembali lagi ke Kalimantan dan inak sauripun hidup berusaha di bidang pertanian untuk menghidupi dan menyekolahkan anak anaknya yaitu sahuri dan sapri hingga akhirnya merekapun masuk sekolah dasar. namun sayangnya, sahuri, kakaknya sapriadi. setelah lulus sekolah dasar tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidkan yang lebih tinggi lagi karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung. akan tetapi sapriadi bisa melanjutkan sekolahnya dengan kondisi seadanya sampai pernah anak itu masuk panti asuhan. Sungguh berat kehidupannya, dia harus menikmati masa kecilnya dengan hidup susah. tetapi semua itu tidak di anggap sebuah aib oleh inak sahuri. yang penting anaknya bisa melanjutkan sekolahnya. Adalah satu tekad kuat seorang ibu untuk melihat anak-anaknya bahagia. hingga akhirnya si kecil sapri selalu memberikan kabar gembira kepada sang ibu yang tercinta, dengan menunjukkan hasil belajarnya yaitu selalu mendapatkan juara umum pada masa SMA hingga akhirnya pada tahun 2008 inak sahuripun dapat membuat rumah sederhana dari hasil sakap sawah dan di kelola untuk menanam tembakau. hingga anknya sahuripun menikah dan sapri pun lulus SMA pada tahun 2010.
pada saat itu inak sahuripun tidak bsa
membiayai anaknya untuk melanjutkan ke jenjang kuliah karena kondisi ekonomi
yang tidak mendukung. Sapri anak yang selalu mendapatkan juara di kelasnya kini
harus berhenti melanjutkan belajarnya. Dia ingin kuliyah , namun karena kondisi
yang seperti itu, ia pun nganggur dan di suruh diam di salah satu pondok
pesantren hingga pada akhinya pada tahun 2011 inak sahuripun mempunyai sedikit
uang sekedar untuk biaya pendaftaran anaknya kuliyah. sapri mendaptarkan
dirinya di kampus iain mataram dan hingga akhirnya di terima di jurusan PAI.
seiring setelah beberapa bulan kuliah dan menyewa kos kosan di jepong dengan
hargga 4 juta pertahun inak sahuripun tidak memiliki uang sebesar itu hingga
iapun membayar setengahnya dulu sambil mengupulkan uang. tapi saying, inak
sahuri tidak memiliki uang utuk bayar kos yang setengahnya hingga akhirnya
sapripun harus berkerja keras mencari musalla sebagi tempat tinggalnya .setelah
lama mencari, akhirnya dengan izin Allah Swt. diapun mendaptkan musalla sebagai tempat
tinggalnya sekaligus sebagai penjaga masjid
di kekalik jaya jalan panji asmara hingga saat ini.
sampai saat ini anak ianak sahuri sapri sudah
duduk di semester 6 dan mengambil kosentrasi fiqih.
By ..As-Saprs
di bajang rantau
sdihnya hidupmu
BalasHapusendingx blm jls nich...
BalasHapusalur ceritanya jg trllu ringkaaasssss...
sma majasnya blm ada nih kak...
hehehey