MAKALAH KAPITA
SELEKTA
MODEL
PENDIDIKAN ISALAM ERA GLOBALISASI DAN PENDIDIDKAN GENERASI MUDA
Oleh
Klp II/Vb PAI
SAPRIADI 151.111.048
M.HASAN BASRI 151.111.052
NUR HIDAYATI 151.111.063
JURUSAN
PENDIDKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Segala puji
bagi Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya berupa rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya serta kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada
Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua orang yang selama ini menemani penulis
Penulis menyadari sepenuhnya, makalah ini masih
banyak kekurangan dan bahkan menimbulkan banyak pertanyaan yang belum sempat
terjawab. Oleh karena itu, kritik, saran dan masukan yang konstruktif sangat
penulis harapkan dari berbagai kalangan demi perbaikannya ke depan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, terutama bagi mahasiswa IAIN
MATARAM. Bagi penulis, semoga mendapat ridho Allah, sebagai amal sholeh dan
menjadi ilmu yang bermanfaat fid al danya wa al akhirat. Amin....
Mataram, 4
Januari 2013
Kelompok
II
DAFTAR ISI
CAVER
KATA
PENGATAR........................................................................................................... i
DAFTARISI......................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
a.
Latar belakang........................................................................................................... 1
b.
Rumusan masalah...................................................................................................... 1
c.
Tijuan ........................................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A.
MODEL PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI................................. 2
1.
Pengertian Pendidikan, Islam dan globalisasi...................................................... 2
2.
Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi.................................................. 3
3.
Peluang Pendidikan Islam di Era Globalisasi...................................................... 4
B.
PENDIDIKAN GENERASI MUDA...................................................................... 5
1.
Pengertian Generasi Muda .................................................................................. 5
2.
Potensi Yang Harus Di Kembangkan Pada Generasi
Muda............................... 5
3.
Azas Pembinanan................................................................................................. 8
4.
Arah pembinaan dan
pengembangan generasi muda :......................................... 8
5.
Tujuan pembinaan dan
pengembangan generasi muda........................................ 8
6.
Jalur pembinaan dan
pengembangan generasi muda .......................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10
a.
Kesimpulan ............................................................................................................... 10
b.
Kritik dan saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Arus globalisasi saat ini menimbulkan banyak
sekali perubahan dari segala aspek kehidupan. Perubahan ini tidak dapat
dihindari akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini
menggugah kesadaran masyarakat umum akan pentingnya pendidikan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan kewajiban bagi mereka.
Di era globalisasi ini, Dunia pendidikan mau
tak mau harus menerima perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sebagian
besar bersumber dari negara-negara barat seperti: televisi, handphone, komputer
dan lain-lain, tidak terkecuali pendidikan Islam yang tidak bisa lepas dari
bias fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin pendidikan Islam hanya
melalui cara-cara dasar yang seperti ceramah dalam menyampaikan materi. Tetapi
pendidikan yang berbasis teknologi dalam penyampaiannya terbukti dengan adanya
LCD, laboratorium bahasa.
Walaupun demikian umat Islam harus bisa
membentengi pendidikan Islam itu sendiri. apabila tidak bisa melakukannya maka
yang akan terjadi adalah pendidikan Islam akan melenceng dari ajaran-ajaran
Islam Nabi ketika perjalanan hidup tidak lepas dari teknologi yang berjalan
cepat dihadapan umat Islam. maka tidak seharusnya mereka hanya menyibukkan
dirinya dengan kehidupan yang berbau teknologi tetapi yang harus mereka lakukan
yaitu menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam ajaran Islam
untuk mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
b.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Model pendidikan Islam di Era globalisasi...?
2.
Bagaimana pendidikan generasi muda...?
c.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pendidikan Islam di era
globalisasi ini.
2.
Mengtahui bgimna seharusnya pendidikan generai
muda
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MODEL PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI
1.
Pengertian Pendidikan, Islam dan globalisasi
pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat[1]
Sedangkan Islam yaitu agama universal yang Allah perintahkan kepada
seluruh manusia dan imani Rosul-Rosulnya.[2]Jadi
pendidikan Islam yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran tentang Agama Universal.
Globalisasi sering diterjemahkan mendunia.
Segala apapun yang terjadi di dunia begitu cepatnya menyebar di seluruh pelosok
baik berupa data, temuan-temuan, bencana, peristiwa apapun. Semua orang di
dunia bisa mengetahui semua itu melalui berbagai media seperti HP, TV, Radio.
Malahan sekarang ada yang lebih canggih yaitu internet.
Azyumardi Azra mengatakan “pendidikan
Islam merupakan pendidikan manusia seutuhnya, akal dan ketrampilan dengan
tujuan menyiapkan manusia untuk menjalani hidup dengan lebih baik.[3]
Namun hal itu tidak berjalan dengan lurus, karena pendidikan Islam
dipengaruhi oleh arus globalisasi yang terjadi saat ini. Globalisasi merupakan
ancaman besar bagi pendidikan Islam untuk mempertahankan nilai-nilai agama yang
murni.
“Perubahan dalam bidang pendidikan meliputi isi
pendidikan, metode pendidikan, media pendidikan, dan lain sebagainya. salah
satu aspek yang amat besar pengaruhnya adalah kurikulum.”[4]
Kurikulum bersifat fleksibel sehingga bisa menerima
perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Namun mengakibatkan para
guru kebingungan dalam menyampaikan materi. Hal ini tidak dirasakan guru saja
tapi juga dialami para peserta didik. Terutama mereka yang berada pada tingkat
TK (taman kanak-kanak). Mereka yang seharusnya masih bermain dan bernyanyi,
mereka dituntut untuk menghafal angka-angka dengan versi bahasa Inggris, ini
berlaku juga di TK Islam.
Pendidikan Islam nampaknya masih terkungkung
dalam posisi defensif (untuk tidak mengatakan tertinggal) dan tidak mempunyai
posisi tawar yang kuat, apalagi ke arah otensif dalam peradaban dunia. padahal
pendidikan Islam sarat dengan muatan moral dan spiritual bisa berfungsi,
menjadi terapi tragedi kemanusiaan akibat dampak globalisasi.
2.
Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Pendidikan Islam di zaman ini menghadapi
tantangan-tantangan yang serius untuk tetap eksis di dunia pendidikan.
Adapun tantangannya adalah sebagai berikut: “Pertama, orientasi dan tujuan
pendidikan. Kedua, pengelolaan (manajemen) sistem manajemen ini yang akan
mempengaruhi dan mewarnai keputusan dan kebijakan yang diterapkan dalam sebuah
lembaga pendidikan. Ketiga, hasil (out put). Bagaimana produk yang dihasilkan
dari sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran (out putnya).[5]
Dalam pandangan Haidar Putra Daulay menjelaskan
“tantangan globalisasi bagi pendidikan Islam yaitu masalah kualitas. era global
adalah era pesaing bebas. Maka akan terjadi pertukaran antar negara baik resmi
maupun tidak.[6]
pertukaran manusia, barang, jasa, teknologi dan lain-lain adalah hal yang
dipersaingan dalam era global ini. Untuk itu perlu dibentuk manusia yang unggul
jadi kualitas SDM sangat penting untuk menentukan kualitas lembaga pendidikan,
negara dan agama.
Selain tantangan kualitas juga tantangan moral
era globalisasi banyak membawa dampak negatif generasi muda sekarang sudah
terpengaruh dengan pergaulan yang global. Hal-hal yang tidak semestinya
dilakukan oleh generasi muda seperti minum miras, menggunakan narkoba, melakukan
seks bebas malahan menjadi kebiasaan bagi mereka. moral mereka bisa dikatakan
seperti moral syaitan. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu belaka tanpa
memikirkan akibatnya. Berkenaan itu maka pendidikan Islam harus semakin
diefektifkan di lingkungan lembaga pendidikan Islam.
3.
Peluang
Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Dr. A. Qodri Azizi (2003 : 19) menyatakan “pada
prinsipnya globalisasi mengadu pada perkembangan-perkembangan yang cepat dalam
teknologi, komunikasi, transformasi dan informasi yang bisa membawa
bagian-bagian dunia yang jauh menjadi mudah untuk dijangkau.[7]
Dari perkembangan yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam bisa
berpeluang besar untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula. Menurut tim
penyusun IAIN Sunan ampel, agar Islam dapat berarti bagi masyarakat global maka
Islam diharapkan tampil dengan nuansa sebagai berikut:
Pertama, menampilkan Islam yang lebih ramah dan
sejuk, sekaligus menjadi pelipur lara bagi kegarahan hidup modern.
Kedua, menghadirkan Islam yang toleran terhadap
manusia secara keseluruhan agama apapun yang dianutnya
Ketiga, menampilkan visi Islam yang dinamis,
kreatif, dan inovatif.
Keempat, menampilkan Islam yang mampu
mengembangkan etos kerja, etos politik, etos ekonomi, etos ilmu pengetahuan dan
etos pembangunan.
Kelima, menampilkan revivalitas Islam dalam
bentuk intensifikasi keislaman lebih berorientasi ke dalam (in mard ariented)
yaitu membangun kesalehan, intrinsik dan esoteris daripada intersifikasi ke
luar (out wad oriented) yang lebih bersifat ekstrinsik dan eksoteris, yakni
kesalehan formalitas.[8]
B.
PENDIDIKAN GENERASI MUDA
1.
Pengertian Generasi Muda
Generasi
muda adalah the leader of tomorrow. Makanya di tangan kaum mudalah nasib sebuah
bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki semangat dan kemampuan untuk
membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali
kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk
kepentingan dirinya dan masyarakatnya.
Hampir semua hal yang menyangkut perubahan,
selalu dikaitkan peranan pemuda. Sejarah membuktikan,di berbagai belahan dunia,
perubahan sosial-politik menempatkan pemuda pada baris terdepan. Peranannya
menyeluruh, tak hanya mata air, tapi juga hulu, hilir sampai muara, bahkan
pemuda sebagai sumber energi perubahan itu sendiri
2.
Potensi Yang
Harus Di Kembangkan Pada Generasi Muda
Potensi adalah sebagai sesuatu yang mesti
dikenali dan diwujudkan. Potensi yang tidak ditampakkan tidak akan mampu
menciptakan reputasi, potensi yang tersembunyi apabila diusahakan untuk
ditampakkan akan menjadi kekuatan dan kelebihan. Manusia bisa menciptakan masa
depan yang gemilang dengan karya dan segenap kekuatan yang terpendam di masa
kini.
Potensi-potensi
Generasi Muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:
a.
Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan
dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan
secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya
kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b.
Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda,
menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni
kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan
penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
c.
Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan,
mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko
itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan
pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan
pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu
memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.
d.
Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah
semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda
merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
e.
Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu
mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi
dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya agar mereka dapat menyadari
batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
f.
Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus
sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti
kuantitatif, generasi muda secara relatif lebih terpeljar karena lebih
terbukanya kesempatan belajar dari generasi pendahulunya.
g.
Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan.
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin
dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi
hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif. Akan tetapi, keanekaragaman
masyarakat Indonesia merupakan potensi dinamis dan kreatif jika ditempatka
dalam kerangka integrasi nasional yang didasarkan pada semangat sumpah pemuda
serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
h.
Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut
serta memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan
karena pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka
untuk membela dan mempertahankan NKRI dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan
semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan
ketahanan dan pertahanan nasional.
i.
Sikap
Kesatria
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat
pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinngi adalah
unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan dikalangan generasi muda
Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat
dan bangsa.
j.
Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya
guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat
dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang
lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik
yang maju, maupun yang sederhana.
k.
Perspekti
Adapun
paradigma pemuda sebagai social category dapat dimaknai dari tiga perspektif,
yakni: Pertama, perspektif filosofis; bahwa pemuda sebagaimana kodrat manusia
adalah makhluk sosial (homo socius) yang memiliki peran eksistensial dengan
beragam dimensi antara lain dimensi sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Artinya, secara kodrati pemuda mesti menjalankan peran eksistensialnya sebagai
makhluk sosial.
Kedua,
perspektif historis; pasca gerakan reformasi 1998, terjadi pergeseran paradigma
di semua lini publik. Di masa lalu, pemuda cenderung diposisikan sebagai
komoditas politik sehingga mengakibatkan bargaining position pemuda menjadi
amat lemah. Halmana mengakibatkan kurang terapresiasinya pemuda yang berada di
luar area kelompok elite. Pergeseran paradigma pemuda sebagai social category
dimaksudkan untuk memposisikan pemuda sebagai aset strategis bangsa.
Ketiga,
perspektif kompetensi; bahwa pemuda merupakan segmen warga negara yang memiliki
aneka kompetensi yang dapat memberikan kemaslahatan bagi bangsa dan negara.
Paradigma pemuda sebagai social category sesungguhnya hendak menegaskan bahwa
apresiasi terhadap \pemuda melingkupi seluruh lapis profesi pemuda termasuk
yang memilih politik sebagai domain praksis profesionalnya. Artinya, para pemuda
yang memipemuda itu tapi justru hendak menegaskan bahwa hak-hak politik
merupakan bagian yang tidak terpisahkan (inherent) dari eksistensi pemuda
sebagai social category.
3.
Azas Pembinanan
a)
Asas edukatif,
pembinaan dan pengembangan oleh unsur diluar generasi muda da sesama generasi muda.
b)
Asas persatuan dan
kesatuan bangsa
c)
Asas swakarsa,
menumbuhkan kemauan generasi muda untuk membina dan mengembangkan diri sendiri
dan lingkungannya.
d)
Asas keselarasan
terpadu
e)
Asas pendayagunaan dan
fungsionalisasi, makin banyaknya organisasi pemuda yang ada maka perlu diadakan
penataan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna bagi pelaksanaan
program-program generasi muda dalam pembangunan nasional.
4.
Arah pembinaan dan
pengembangan generasi muda :
a)
Berorientasi pada Tuhan
YME, nilai-nilai kerohanian dan falsafah hidup pancasila.
b)
Orientasi kedalam
terhadap dirinya sendiri, mengembangkan bakat-bakat kemampuan jasmaniah dan
rohaniah dalam dirinya agar dapat memberikan prestasi semaksimal mungkin.
c) Orientasi keluar terhadap lingkungan (budaya,sosialdan moral) dan masa
depannya. Sumber orientasi keluar ini dibagi atas :
Ø Pengembangan sebagai insan sosial budaya
Ø sebagai insan sosial politik dan sebagai insan patriot.
Ø Pengembangan sebagai insan sosial ekonomi, termasuk sebagai insan kerja dan
insan profesi yang mempunyai kemampuan untuk mendayagunakan sumber alam dan
menjaga kelestariannya.
Ø Pengembangan pemuda terhadap masa depannya. Kepekaan terhadap masa depan
akan menumbuhkan kemampuan untuk mawas diri, kreatif, kritis.
5.
Tujuan pembinaan dan
pengembangan generasi muda :
a)
Memantapkan persatuan
dan kesatuan bangsa
b)
Mewujudkan kader-kader
penerus perjuangan bangsa
c)
Melahirkan kader-kader
pembangunan nasional dengan angkatan kerja berbudi luhur, dinamis dan kreatif.
d)
Mewujudkan warga negara
Indonesia yang memiliki kreatifitas kebudayaan nasional.
e)
Mewujudkan kader-kader
patriot pembela bangsa yang berkesadaran dan berketahanan nasional.
6.
Jalur pembinaan dan
pengembangan generasi muda
a)
Kelompok jalur utama
b)
Jalur keluarga,
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan adalah orang tua serta anggota keluarga
terdekat
c)
Jalur generasi muda,
organisasi-organisasi pemuda yang ada seperti OSIS, Senat, Pramuka, Karang
taruna
d)
Kelompok jalur
penunjang
ü Jalur sekolah/ pra sekolah : organisasi orang tua murid, enataan mutu
pendidik dan sarananya.
ü Jalur masyarakat : jalur masyarakat yang melembaga (lembaga peribadatan,
organisasi sosial). Jalur masyarakat yang tidak melembaga 9pergaulan
sehari-hari, tenpat rekreasi)
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada
intinya pendidikan Islam di era globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu
menyesuaikan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi. Maka yang harus
dilakukan adalah mengembangkan sistem pendidikan yang berwawasan global agar
menghasilkan out put (lulusan) dari lembaga pendidikan Islam yang lebih
bermutu, supaya mereka percaya diri dalam menghadapi persaingan global
Pada
kenyataan ini, diperlukan penataan kehidupan pemuda sehingga mereka
mampu memainkan peranan yang penting dalam masa depan sekalipun disadari bahwa
masa depan tersebut tidak berdiri sendiri. Masa depan adalah lanjutan masa
sekarang, dan masa sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, pembinaan
dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap
masa datang sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap masa datang
membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi-situasi lingkungan untuk
merelevansikan partisipannya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu,
kualitas kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor
penentu yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa
datang.
Masa depan suatu bangsa terletak di tangan
pemuda atau generasi mudanya sebab merekalah yang akan menggantikan generasi
sebelumnya dalam memimpin bangsa. Oleh karena itu, generasi muda perlu diberi
bekal berupa ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan zaman, serta tetap
menjaga budaya bangsanya.
Pembangunan tidak akan berjalan dengan lancar, bila
manusia-manusianya tidak mau giat bekerja. Oleh karena itu, pada hakikatnya
pembangunan adalah penggantian yang lama dengan yang baru, yang telah
diperhitungkan dengan keadaan sekitarnya, maka mahasiswa selaku generasi muda
berkewajiban untuk ikut serta dalam derap pembangunan.
b.
Kritik dansaran
kami sangat menyadari bahwa makalah ini msaih
jauh daari kesempurnaan oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif kami harapkan dari bapak ibu dosen serta rekan rekan mahasiswa demi
sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan
http://islam
murni.wordpress.com/2009/10/31/definisi Islam/
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. 1995. Pendidikan,
Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof. Dr. A.
Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. A. Qodri
Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun.
2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan
[2]
http://islam
murni.wordpress.com/2009/10/31/definisi Islam/
[3]
Prof. Dr.
Azyumardi Azra, MA. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. hlm. 5.
[4]
Prof. Dr. A.
Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 95.
[6]
Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 27-20.
[7]
Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan
Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 19.
[8]
Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam.
Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 236-237.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar